RSS
Write some words about you and your blog here

Minggu, 02 Mei 2010

HAH !!! tah ieu elmu na,, gibah,bacaaa sing tengettt


hahahahahhahaha
hahahahahah FB konflik mun bahasa kerenna mah,,gra gra stts si cintaaahhhh
hahahahahah rammee,,,,,,,,,,,,sok resep mun "debat" teh ngan aneeehhh aya debat teu kaci rusuh,,mun ningali berita si ruhut vs sahaa lah poho deui,,,,,,
nepi ka urat raregeng sagede gede bagong,,,,eh na acara metro tv mah akuur we nyanyi bareeeng,,,,,naaa ari sayah debat sakitu ge ni hesseee,,,,,,,,,padahal mah nulis comnnt na ge bari nyakakak seuri renyaaaah,,,,,,
hmmmmmm tah atuuuhhhh ku abdi di share,,,elmu na,,,,,,,
Lalu, Apakah ghibah haram 100 persen?
Untuk beberapa kondisi, kita diperbolehkan untuk ber-ghibah, yaitu:
1. Orang yang mazhlum (teraniaya) boleh menceritakan dan mengadukan kezaliman orang yang menzhaliminya kepada seorang penguasa atau hakim atau kepada orang yang berwenang memutuskan suatu perkara dalam rangka menuntut haknya.

2. Meminta bantuan untuk menyingkirkan kemungkaran dan agar orang yang berbuat maksiat kembali ke jalan yang benar. Pembolehan ini dalam rangka isti'anah (minta tolong) untuk mencegah kemungkaran dan mengembalikan orang yang bermaksiat ke jalan yang hak. Selain itu ini juga merupakan kewajiban manusia untuk ber-amar ma'ruf nahi munkar. Setiap muslim harus saling bantu membantu menegakkan kebenaran dan meluruskan jalan orang-orang yang menyimpang dari hukum-hukum Allah, hingga nyata garis perbedaan antara yang haq dan yang bathil.

3. Istifta' (meminta fatwa) akan sesuatu hal. Walaupun kita diperbolehkan menceritakan keburukan seseorang untuk meminta fatwa, untuk lebih berhati-hati, ada baiknya kita hanya menyebutkan keburukan orang lain sesuai yang ingin kita adukan, tidak lebih.
4. Memperingatkan kaum muslimin dari beberapa kejahatan contohnya: Apabila kita melihat seorang penuntut ilmu agama belajar kepada seseorang yang fasik atau ahli bid'ah dan kita khawatir terhadap bahaya yang akan menimpanya. Maka kita wajib menasehati dengan cara menjelaskan sifat dan keadaan guru tersebut dengan tujuan untuk kebaikan semata.
5. Menceritakan kepada khalayak tentang seseorang yang berbuat fasik atau bid'ah seperti, minum-minuman keras, menyita harta orang secara paksa, memungut pajak liar atau perkara-perkara bathil lainnya. Ketika menceritakan keburukan itu kita tidak boleh menambah-nambahinya dan sepanjang niat kita dalam melakukan hal itu hanya untuk kebaikan

6. Bila seseorang telah dikenal dengan julukan si pincang, si pendek, si bisu, si buta, atau sebagainya, maka kita boleh memanggilnya dengan julukan di atas agar orang lain langsung mengerti. Tetapi jika tujuannya untuk menghina, maka haram hukumnya. Jika ia mempunyai nama lain yang lebih baik, maka lebih baik memanggilnya dengan nama lain tersebut.
Mungkin itu aja dulu ya. Marilah kita berdo’a dan berusaha agar lebih dapat menjaga lidah dan hati kita, amiiin.
tah nu digaris beureuman teh kasusna stts eta,,,,,,,,,,anneehhhhh sok baraca deui geura usulfiqih jeung fiqihna,,,,padu calangap wae!!!!!! ari urang mah ngan sa ukur ngelingan , ngingetan , nyaangan kanu poekeun , nulung kanu butuh ,ngalempengkeun anu bengkung,,,,,,,tah geus jelas,,,,,,,

perintah Rasulullah saw : “Baliighu annii walau ayyah..!”. SAMPAIKANLAH WALAU ITU SATU AYAT
mun aya unek unek dongkap ka bumi,,,,,,,meh leuwih jentre jeung ngenah nayrekana eh,,,,salah,,,,,sahre na,,,,,,,hahahahahahahahahahahahahah